Egidia :
Malam begitu pekat merongrong
Menghentak kerinduan,menjelaga pada pusaran angan
Tapi bibir terkatup bisu
Rasa begitu berkecamuk dalam nurani hati
Seakan mengajakku berdebat
Seperti gunung-gunung yang siap meletupkan laharnya
Terhenyak aku dalam rindu ini
Gali dan kais
Dan temukan keindahan yang tak berdebu
Peluk rindu malam heningku


Poetri :
Dan serigala binal meraung di jelaga sumur tua
Bersolek riang di depan cermin lelumutan
Mendekam pada tabung-tabung cendawan
Seolah tertawa menyeru gugusan kemukus tiram
Menjala puing-puing gersang wajah ilalang
Terjerat sebilah rindu pada penjara kepedihan
Ketika terlaun gemercik lirih suara air mata
Rindu tetap tak ingin keluar dari persembunyian penat
Masih menanti di ujung setapak pusara
Bergulat dewadaru di batas sulaman gerhana

Egidia :
Belati mengoyak mencabik menusuk rindu
Tapi rindu tetaplah rindu bersekutu dengan waktu
Melesat bagai terlepas dari busurnya denyutkan nadi jantung
Nafas menari dengan hujan memasung rindu
Mengubur dalam gelisah belantara sunyi, terkapar...
Jiwaku mati menadah peluh yang luruh di dada
Saat kelam menjadi pekat

Poetri :
Wanginya  menebar berselimut permadani biru
Aroma tak tertuai meski terkubur nisan menua
Gemuruhnya tetap bersyair tak melemah
Meski memeras daya berpeluh mengaduh
Merana berbingkai sembilu, rarai dan berkeping
Walau menari berhias gemulai selendang pilu
Rasa itu tetap bertahta mahkota rindu
Abadi hingga tutup putaran waktu..


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Yahoo
Feed

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Posted by : Egidia Zulka | Design by : Henny Fadilla Ajram | Proudly Power by : Blogger.com