Sebuah tanya yang tak mampu kujawab
hanya tinggal lelah.....


Entah keberapa kali tulisan itu dibaca oleh Ratna dan entah berapa kali juga dia menangis
sebuah kata pendek yang tertulis dibelakang foto Delia sahabatnya.
ah.. genap sudah setahun kepergian Delia tapi kenangan itu begitu sulit untuk dilupakan Ratna
,senyum,bahkan air mata Deliapun masih jelas diingatannya.


Setahun yang lalu
"koeer...."pintu kamar Ratna terbuka disana muncul Delia,seperti biasa tanpa mengucapkan salam
gadis itu langsung menyodorkan sebuah buku kepada Ratna.
Hmmm... sepertinya gadis itu baru saja menyelesaikan sebuah cerpen dan seperti biasanya Ratna
selalu orang pertama yang dilihatkan dan sebagai pengoreksi apa cerpennya bagus barulah Delia
mengirimnya pada penerbit.
"gimana om?apa ada yang kurang"tanya Delia,om adalah panggilan Delia pada ratna sedangkan Ratna
sendiri memanggil Delia abang,entah bagaimana panggilan itu melekat pada diri mereka masing-masing
semuanya berawal dari sebuah candaan didunia maya.
"bagus,kapan mau dikirim bang"tanya Ratna balik
Delia hanya mendesah dan kemudian merebahkan badannya diatas tempat tidur Ratna,
matanya menerawang keatas entah apa yang dilihat gadis itu disana.
Ratna mengamati tingkah sahabatnya.
"hmmm...sepertinya Delia ada masalah"gumannya dalam hati
Ratna kemudian mendekati Delia dan ikut merebahkan badannya disisi gadis itu,
"ada apa bang?kalau ada masalah ceritalah padaku,
siapa tau aku bisa bantu"tanya Ratna.
Delia hanya diam kemudian memeluk tubuh Ratna,
Ratna mendengar isak tangis dari bibir Delia sepertinya gadis itu menangis.
Ratna membelai rambut sahabatnya itu dan berusaha untuk menenangkannya.
"Aku dijodohkan.."jawab Delia disela isak tangisnya
"dijodohkan?"tanya Ratna lagi
Delia hanya mengangguk
"sama siapa?Delbin?tanya Ratna
"bukan..andaikan sama Delbin aku mungkin tidak seperti ini"jawab Delia
"Aku dijodohkan dengan orang yang sama sekali ga' aku kenal"kata Delia lagi
"kenapa tidak menolaknya?"tanya Ratna
"Aku sudah beberapa kali menolak perjodohan itu dan sudah beberapa alasan aku utarakan,
tapi keluargaku tetap memaksakan kehendak mereka"jawab Delia terisak.
Ratna kembali membelai rambut Delia,
"delbin sudah tau akan hal ini"tanya Ratna sembari tetap membelai rambut Delia
"kemaren aku sudah beritahu Delbin"jawab Delia
"Delbin bilang apa"tanya Ratna
"entahlah dia hanya mengatakan tidak mau kehilangan aku"jawab Delia
"cobalah menghadap keluargamu dengan Delbin,bilang pada mereka bahwa Delbinlah pilihanmu,
mungkin mereka akan mengerti"solusi Ratna
"Aku sudah membawa Delbin kekeluargaku tapi tetap saja perjodohan itu tidak bisa dibatalkan"jawab
Delia
"Andai saja aku punya uang 40 juta"desah Delia.
"40 juta?"jawab Ratna kaget
"untuk apa uang sebanyak itu"tanya Ratna setelah rasa kagetnya hilang
"untuk membatalkan perjodohan itu"jawab delia sembari mempererat pelukannya
Ratna hanya terdiam dia sama sekali tidak mengerti maksud Delia
"om.. kamu tau sendiri kan kalau aku orang minang?"tanya Delia
"ya..,tapi apa hubungannya?"tanya Ratna balik bertanya
"Itulah yang membuat aku sulit untuk membatalkan perjodohan itu"jawab Delia
"maksudnya?"tanya Ratna tak mengerti
"Dalam perjodohan itu ada kesepakatan antara dua pihak dan apabila ada salah satu membatalkan
maka dia harus menganti hal telah disepakati itu"jawab Delia
Ratna hanya terbengong sepertinya sulit untuk dia mengerti
"om kamu pernah dengar pemuda minang yang dibeli?"tanya Delia
Ratna hanya mengangguk
"uang yang disepakati itulah yang harus kuganti"jawab Delia tangisnya seakan tak terbendung
Ratna kembali lagi merangkul dan membelai rambut sahabatnya itu
"Sabar ya bang,mudah-mudah keluargamu mengerti apa yang kamu rasakan"jawab Ratna
"mereka tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan,yang mereka mengerti hanyalah
takut malu tanpa peduli aku"isak Delia kemudian berlari keluar dan memacu motornya tanpa bisa
dicegah Ratna,gadis itu hanya terbengong melihat kepergian sahabatnya itu.
itulah hari terakhir Ratna melihat Delia,
goresan pisau ditangan Delia tlah merenggut sahabatnya itu.

Timbunan tanah itu masih merah,disampingnya berdiri seorang pemuda
sebuah kerinduan terselip dimatanya,gadis itu tlah tiada
Dia tlah beristirahat dengan lelahnya membawa cinta sucinya
yang tinggal hanyalah tanah merah,
Delbin hanya terpaku melihat gundukan tanah itu.
Senja semakin merah dan memerah...


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Yahoo
Feed

1 komentar:

Obet Poenya mengatakan...

mantap gan...................

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Posted by : Egidia Zulka | Design by : Henny Fadilla Ajram | Proudly Power by : Blogger.com